Senin, 29 Juli 2013

Lihat dari sisi yang lain

Diposting oleh Gian Dwi di 22.46 0 komentar
Berbicara tentang semua hal yang berhubungan dengan kelemahan seseorang yang nantinya akan menimbulkan dari rasa tidak percaya diri. Proses penulisan ini diiringi dengan sebuah lagu terjemahan yang dibawakan oleh girlband hobi keroyokan kalau mentas. Yea, you know them. Otak ini rasanya baru di kejatuhan bom hirosima walaupun kenyataannya Cuma sebesar letupan petasan bawang yang biasa dipake buat nakutin banci. Kenyataan yang sama sering dirasakan oleh mahasiswa semester 4 macem ini, khususnya saya. Keadaan cukup menegangkan ketika mengambil keputusan untuk mengikuti semester pendek saat ramadhan. Oh God.. rasanya pengen berubah jadi amoeba supaya belah diri dan bisa hadirin semua undangan buka puasa.

Berhubungan dengan kalimat pertama yang ditulis tadi. Ok, jangan berhubungan kali ya. Maknanya seakan beda. Berkaitan dengan kalimat pertama yang ditulis diatas. “kelemahan seseorang” setiap orang pasti punya kelemahan dan kelebihan. Tapi biasanya Tuhan mencipkatan kelebihan untuk bisa menutupi kelemahan tersebut. Kelemahan ini macem macem bentuknya. Terutama dalam masalah akademik. Mulai dari kesulitan belajar, iQ rendah, sampai orang yang pura pura dirinya ‘lemah’. Ini banyak terjadi dalam pembelajaran pada umumnya. Pernah kan kira kira denger orang pinter ditanya sama orang males. “lu udah ngerjain tugas?” | “wah belum nih, abis susah banget soalnya” begitulah simplenya. Secara tidak langsung ungkapan si orang pinter akan membuat perasaan lega untuk si malas. Dia menarik kesimpulan: “orang pinter macem dia aja belum nugas, apalagi gue”. Atau keadaan yang lain, biasanya abis uts atau uas. “aduh gue stuck, soalnya susah” | “wah sama gue Cuma 3 nomor yang bisa” | “pulpen gue abis pas ujian. Gue stop aja” biasanya selesai ujian itu malah berbangga bangga kalau mereka kurang sempurna dalam mengerjakan soal. Dan percayalah, ada rasa agak tenang setelah saling menjelek jelek kan kemampuan sendiri. Kemudian kembali menarik kesimpulan “ah ternyata bukan Cuma gue sendiri yang kesulitan ngerjain”. Dari situ, harapannya Cuma doa dan yakin kalau Tuhan bakal kasih yang terbaik karena kita sudah berusaha. Berusaha yang bagaimana? Berusaha nyontek tanpa ketauan, berusaha nyari kunci jawaban dari kelas sebelah, atau berusaha yang benar benar belajar. Cobalah lihat dari sisi yang lain..
 

Gian Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos